Green Aluminium Project PT Adaro sebagai Upaya Penekanan Emisi Karbon dan Inovasi Electric Vehicel di Indonesia

Ditandatanganinya Perjanjian Paris (Paris Agreement) tahun 2015 tentang  kesepakatan global untuk menghadapi perubahan iklim yang selanjutnya diratifikasi dalam UU No. 16 tahun 2016 menjadi awal mula bagi industri energi sampai manufaktur di Indonesia untuk beralih ke renewable energy.

Salah satunya adalah PT Adaro Energy Indonesia Tbk yang melakukan peralihan sumber energi dari energi fosil menjadi PLTS dan PLTA, kemudian diikuti dengan dibangunnya Green Aluminium Project di Indonesia. Proyek ini bertujuan untuk mengurangi secara bertahap ketergantungan industri aluminium terhadap penggunaan bahan bakar fosil yang juga merupakan sumber utama dari emisi karbon. Dengan demikian, tidak mustahil untuk merealisasikan produksi aluminium dengan kadar karbon rendah atau bahkan tidak mengandung karbon sama sekali.

Mengikuti Emirates Global Aluminium (EGA), yang merupakan supplier BMW Group dan perusahaan pertama di dunia dalam pembuatan aluminium komersial menggunakan tenaga surya, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) tengah mengembangkan bisnis aluminium melalui Adaro Minerals dengan membangun smelter aluminium di Green Industrial Park Indonesia di Kalimantan Utara. Presiden Direktur ADRO Garibaldi Thohir menegaskan, smelter aluminium di Kalimantan Utara yang dibangun merupakan smelter aluminium ramah lingkungan, yakni Adaro Green Aluminium. Proyek tersebut diperkirakan menelan investasi US$ 728 juta dengan kapasitas 500 ribu ton untuk fase I yang diprediksi mulai komisioning tahun 2025.

Untuk membangun smelter aluminium hijau ini, Adaro bermitra dengan perusahaan asal Tiongkok, dengan porsi saham 65 : 35. Produk ini dianggap strategis, karena mobil listrik pastinya akan membutuhkan bahan baku aluminium yang ringan, seperti untuk sasis dan body-nya. Diketahui PT Adaro bekerjasama dengan perusahaan tambang bauksit, sehingga bahan baku yang digunakan untuk proses pembuatan seluruhnya berasal dari Indonesia

Dengan keterlibatan tersebut, Adaro Minerals diprediksi menjadi pemain terbesar produksi GAI setelah Press Metals dengan kapasitas 1 juta ton GAI. Adaro Minerals juga diprediksi akan terus meningkatkan kapasitas GAI tersebut hingga mencapai 2 juta ton pada 2040. Nantinya produksi GAI diharapkan berkontribusi sebesar 47% terhadap EBITDA pada 2025 dan mencapai 56% terhadap laba bersih tahun 2025.

Dilansir dari investor.id, Hasbie mengatakan bahwa aluminium merupakan salah satu suku cadang paling penting untuk pengembangan kendaraan listrik didukung kekuatannya dan keringanannya. Berdasarkan data kebutuhan aluminium untuk kendaraan listrik lebih tinggi tiga kali lipat, dibandingkan produksi mobil konvensional. Sedangkan permintaan GAI yang memanfaatkan energi hidro untuk pemrosesannya akan mendominasi permintaan ke depan. Mckinsey memperkirakan GAI akan berkontribusi sebanyak 45% dari permintaan aluminium global pada 2030 dan diharapkan mencapai 100% pada 2050.

Kebutuhan produk GAI sejalan dengan kampanye pengembangan mobil listrik dunia untuk menekan polusi udara atau zero carbon yang telah dikampanyekan hampir seluruh produsen mobil dunia. “Kami mempercayai permintaan GAI akan meningkat lebih pesat, dibandingkan AI dalam jangka panjang. Permintaan AI juga akan meningkat didukung atas tren peningkatan penggunaan panel surya,” terangnya.

Pada tahap awal, PT Adaro Aluminium Indonesia berencana mengekspor produknya untuk kebutuhan produksi kendaraan listrik atau electric vehicle (EV). Mengingat, industri kendaraan listrik di Tanah Air belum benar-benar terbentuk. Namun, Boy memprediksi, lima sampai sepuluh tahun mendatang, Adaro Aluminium akan memenuhi kebutuhan dalam negeri untuk industri kendaraan listrik.

Boy, sapaan akrab Garibaldi Thohir, meyakini, suatu saat kendaraan listrik akan diproduksi di Tanah Air dan industri aluminium akan menjadi bagian bisnis yang turut mendukung ekosistem environmental, social, governance (ESG). Alasan lingkungan juga yang melandasi ADRO bertransformasi dari coal base company menjadi masuk ke produk lain melalui Adaro Minerals .

Boy mengimpikan, material kendaraan listrik seperti Tesla hingga Lucid nantinya berasal dari Indonesia, yang diproduksi di kawasan industri hijau terbesar di dunia yang dikembangkan PT Kalimantan Industrial Park Indonesia.

“Karena ke depan menurut hemat saya, mobil-mobil ini suatu saat nanti akan ditanya lagi oleh customer, misal aluminiumnya dapat dari mana, baterainya dapat dari mana, bahkan nanti bannya diproduksi di mana. Makin lama tentunya kan customer-customer itu makin kritis,” paparnya.

Referensi :

  1. https://www.themanufacturer.com/articles/the-role-of-green-aluminium-in-global-supply-chains/
  2. https://www.woodmac.com/news/opinion/is-green-aluminium-an-achievable-goal/
  3. https://reneweconomy.com.au/green-aluminium-already-cost-competitive-and-huge-opportunity-for-australia/
  4. https://www.msn.com/id-id/ekonomi/ekonomi/hijau-bisnis-adaro-mobil-listrik-dan-biru-langit-los-angeles/ar-AAW8wDl?ocid=BingNewsSearch
  5. https://katadata.co.id/doddyrosadi/berita/624d5da713548/transisi-energi-pt-adaro-energy-fokus-ke-plts-plta
  6. https://investor.id/stock-analysis/289072/garap-green-aluminium-target-harga-saham-adaro-minerals-admr-direvisi-naik
  7. https://investor.id/market-and-corporate/288650/boy-thohir-targetkan-smelter-aluminium-adaro-adro-selesai-dalam-dua-tahun
  8. https://investor.id/market-and-corporate/288630/bukabukaan-boy-thohir-ungkap-alasan-adaro-adro-kembangkan-bisnis-aluminium
  9. http://ditjenppi.menlhk.go.id/berita-ppi/2706-menteri-lhk-teken-perjanjian-paris-soal-perubahan-iklim.html#:~:text=Perjanjian%20Paris%20merupakan%20kesepakatan%20global%20yang%20monumental%20untuk,negara%20yang%20menyumbangkan%20setidaknya%2055%25%20emisi%20gas%20

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *