Pengembangan Nanoteknologi dalam Upaya Penanggulangan COVID-19

Oleh Ardi Cahyono, Fitri Ayu Mardhatila, Mei Iftita Mawardah, Prasasti Maharani, Syauqa Rahmatillah

Krisis global akibat pandemi COVID-19 telah memunculkan kegawatdaruratan global. Oleh karena itu, para ahli multidisipliner bersinergi untuk menemukan solusi terbaik berbasis sains dan teknologi demi mengatasi perang nirmiliter ini.

Sejarah mencatat, pandemi akibat SARS-CoV juga melanda tahun 2002-2003 dan Middle East respiratory syndrome (MERS-CoV) pada tahun 2012.

Para ilmuwan telah berupaya menemukan kesamaan transmisi antara SARSCoV dan SARS-CoV-2 untuk pengembangan obat-vaksin tertarget berbasis protein, termasuk memahami mekanismenya saat terjadi proliferasi dan replikasi virus. Misalnya pada spike, virus, dan selubung protein, termasuk RNA protease yang juga merupakan target potensial untuk pengembangan obat.

Salah satu solusi mengatasi pandemi COVID-19 adalah nanoteknologi. Mengapa nanoteknologi? Perlu diketahui bahwa SARS-CoV-2 berdimensi nanometrik dan memiliki nanostruktur pada inti dan selubungnya.

Ide dan konsep nanoteknologi bermula dari kuliah fisikawan, Richard Feynman, bertajuk “There’s Plenty of Room at the Bottom” di California Institute of Technology pada 29 Desember 1959. Adapun istilah nanoteknologi dicetuskan oleh Profesor Norio Taniguchi.

Nanoteknologi merupakan teknologi tentang manipulasi partikel dalam skala nanometer. Teknologi ini dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang .Rahasianya terletak pada skala nanometer atau 1 per 1 miliar meter yang diketahui menghasilkan sifat dan perilaku yang baru. Sifat-sifat seperti konduktivitas, reaktivitas, suhu leleh, dan sifat mekanik semuanya didapati berubah ketika partikel berada di bawah 100 nm (Poole Jr & Owens, 2003).

Terdapat dua alasan utama perubahan sifat material di skala nanometer. Pertama, nanomaterial memiliki luas permukaan yang lebih besar dibanding material bermassa sama. Hal ini menjadikan material tersebut sangat aktif secara kimiawi yang mempengaruhi kekuatan maupun sifat-sifat lainnya yang telah disebutkan. Kedua, efek kuantum dapat mendominasi material di skala nano yang mempengaruhi sifat optik, elektrik, dan perilaku magnetik materi (Hashim, Nadia, & Salleh, 2009).

Di Indonesia pemerintah telah menerbitkan Rencana Induk Riset Nasional (RIRN) Tahun 2017-2045 yang bertujuan menyelaraskan kebutuhan riset jangka panjang dengan arah pembangunan nasional terkait ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam rencana ini, nanoteknologi dicantumkan sebagai salah satu prioritas negara. Industri yang menjadi prioritas ialah industri pangan dan alat kesehatan dengan fokus riset pangan dan pertanian, obat, dan kesehatan dan material maju (Ristekdikti, 2017). Kebijakan-kebijakan ini membuktikan keseriusan pemerintah dalam mengembangkan nanoteknologi.

Berdasarkan data yang dirangkum situs terkemuka nanoteknologi, Statnano.com, hingga saat ini Indonesia telah menghasilkan 33 produk berbasis nanoteknologi. Perusahaan yang telah memproduksi produk-produk ini diantaranya K-Link, Nanotech Indonesia, Nano Ceramic Indonesia, Millionaire Club Indonesia, Rhizoma Worldwide, Gizi Indonesia, PT Nanocoating Indonesia, PT NanotechHerbal Indonesia, dan sebagainya. Artinya nanoteknologi bukanlah hal yang terlalu baru lagi di Indonesia.

Dengan demikian, diharapkan nanoteknologi dapat direkomendasikan sebagai nanomaterial fungsional untuk mengatasi pandemi COVID-19.

Menurut Campos dkk (2020), nanoteknologi dapat menjadi solusi mengatasi pandemi COVID-19 melalui beberapa pendekatan, seperti upaya pencegahan percikan dan kontaminasi virus melalui beberapa strategi.

Pertama, desain sensor berbasis nano dengan tingkat sensitivitas dan spesifisitas tinggi untuk identifikasi infeksi atau respons imun dengan cepat.

Kedua, desain perlengkapan protektif personal yang aman-bebas infeksi untuk meningkatkan keamanan petugas medis di layanan kesehatan, serta pengembangan disinfektan antivirus dan selubung permukaan yang efektif, yang mampu menginaktivasi virus sekaligus mencegah penyebarannya.

Ketiga, perkembangan vaksinasi berbasis nanoteknologi untuk memperkuat respons imun seluler dan humoral. Keempat, perkembangan obat-obat baru dengan peningkatan aktivitas, penurunan toksisitas, dan pelepasan berkesinambungan menuju target jaringan, seperti paru-paru.

Referensi

antaranews.com – Dr. Dito Anurogo M. Sc

kompas.com

Ristekdikti. (2017). Rencana Induk Riset Nasional Tahun 2017. Retrieved from http://rirn.ristekdikti.go.id.

Muhammadi, Fatimah Mustawafi. 2020. Teknologi Nano di Indonesia. Komisi Teknologi PPI Dunia No. 6 / 2020

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *