Indonesia menambahkan 4 smelter baru

Oleh Asfitrah Alamsyah, Reno Faturachman, J.P Channdra Yoga, Nurul Wulandari, Verdian Saroha

Dilansir dari cnbcindonesia.com, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, tahun ini total smelter yang beroperasi ditargetkan sebanyak 23 smelter dari 19 smelter di 2020. 4 Smelter baru itu ialah 3 smelter nikel dan 1 smelter timbal dan seng.

Sampai dengan 2024 mendatang, pemerintah menargetkan sebanyak 53 smelter beroperasi. Artinya, dibutuhkan 34 smelter baru selama empat tahun mendatang.

Dia merinci jumlah smelter tersebut yang ditargetkan beroperasi hingga 2024 tersebut antara lain 23 smelter pada 2021, lalu naik menjadi 28 smelter pada 2022, lalu pada 2023-2024 diperkirakan melesat menjadi 53 Smelter

Pada 2024 smelter yang ditargetkan telah beroperasi yakni empat smelter tembaga, 30 smelter nikel, 11 smelter bauksit, empat smelter besi, dua smelter mangan, serta dua smelter timbal dan seng.

Sementara kebutuhan investasi untuk membangun 53 smelter sampai dengan 2024 tersebut yakni mencapai US$ 21,59 miliar. Dengan rincian investasi untuk smelter nikel sebesar US$ 8 miliar, bauksit sebesar US$ 8,64 miliar, besi sebesar US$ 193,9 juta, tembaga US$ 4,69 miliar, mangan sebesar US$ 23,9 juta, serta timbal dan seng sebesar US$ 28,8 juta.

Pandemi ini mengakibatkan sejumlah proyek pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) tertunda. Tak hanya proyek smelter katoda tembaga yang dibangun PT Freeport Indonesia, puluhan smelter mineral lainnya juga disebutkan tertunda dan terhenti proses pembangunannya akibat pandemi Covid-19 ini.

Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Tata Kelola Mineral dan Batu Bara Irwandy Arif dalam sebuah diskusi tentang pertambangan, Selasa (10/11/2020) mengatakan tertundanya pembangunan smelter ini karena suplai bahan baku dan tenaga kerja terhenti. Pasalnya, sejumlah negara pemasok teknologi smelter juga melakukan penguncian wilayah (lockdown) yang membatasi mobilitas karyawan.

Sementara itu di sisi lain, Menteri Kordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut B. Pandjaitan mengungkapkan diskusi kerjasama smelter antara PT Freeport Indonesia dan Tsingshan di Weda Bay diharapkan tercapai pekan depan. Luhut meenjelaskan dengan kerjasama ini diharapkan ada nilai tambah yang bisa diperoleh Indonesia. Merujuk paparan Luhut, pada 31 Maret 2021 nanti penandatanganan perjanjian dapat dilakukan. Selanjutnya di 1 April 2021  akan memasuki tahapan perjanjian Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK).

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, jika term & condition dapat disepakati pada akhir Maret ini maka Tsingshan berkomitmen merampungkan proyek smelter pada 2023 mendatang.

Sekedar informasi, kapasitas smelter tembaga yang akan dibangun  di Weda Bay nantinya memiliki kapasitas input konsentrat tembaga yang lebih besar dibandingkan rencana proyek smelter di Gresik. Kapasitas yang akan dibangun sebanyak 2,4 juta ton dengan biaya sekitar US$ 2,5 miliar. Sedangkan untuk kapasitas smelter Freeport di Gresik awalnya direncanakan sebesar 2 juta ton dengan investasi sekitar US$ 3 miliar. Namun belakangan, kapasitasnya dipangkas menjadi 1,7 juta ton. Sedangkan 300.000 ton lainnya ditutupi melalui pengembangan smelter tembaga eksisting di PT Smelting.

Referensi

2021, Pemerintah Targetkan Smelter Baru Cuma Nambah 4 (cnbcindonesia.com)

Pemerintah targetkan kerjasama smelter Freeport dan Tsingshan rampung pekan depan (msn.com)

Kementerian ESDM Tambah 4 Smelter, Total 23 Smelter Siap Beroperasi Tahun 2021 – Cobisnis

 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *